Sang Waktu Tua Akan Cinta

20.02.00 Edit This 0 Comments »
temanku si jenggot kelabu
berhenti entah sejenak
untuk menghentikan waktu
menghentikan senyum
kecanggihan otak homo sapiens itu terhenti
kini ia melantunkan sendu
di pekarangan di bawah rembulan
melodi sedih di hujan rintik

sang jenggot kelabu
kehormatan bagiku untuk mengenalmu
kerendahan hatimu mempertanyakanku
dapatmu membedakan dimensi
atas ruang dan waktu

lagi buatku termenung
suatu hari jenggot tak terurus itu
akan kulupakan hanya demi kekuatan
kenangan itu akan kukubur dalam
saat melihat lemahnya daya pikirmu
runtuhnya tubuhmu
yang kau perbuat akan sesuatu
yang tak pernah masuk akal
yang tak pernah aku pikirkan
yang membuat keberadaanku ada
“CINTA”

lagi akan kutempuh jalan darah
bila aku kan menggubah cinta
suatu bentuk kekacauan yang putih
dimana hitam dapat merasuk
dari suatu sisi yang lain arah
….
hari ini aku kembali tertawa
mudahnya cinta berdarah
tumbuh disekitarku
tanpa denyut nadiku rasakan
tanpa hawa hadir terhembus
dia merenggut satu nyawa
“CINTA”……..

Bila Berondong Merindukan Bulan

20.02.00 Edit This 0 Comments »
Modal wajah kuat matang
Jalan gagah kumpul pandang
Tegap rapi dari rambut sampai ujung kaki
Emang ujung kaki gak keliatan sih
Tapi yang penting rapi
Itu modal untuk berburu hati
Eh hati bukan sembarang hati
Tapi milik bidadari
Kalo mau tinggal nyari

Buka gudang tempat parkiran
Motor gede sudah jadi keharusan
Greng suara lantang
Mana tahan cewek pasti langsung sayang
Jaket kulit bumbu parfum
Biar panas jalan waktu siang
Jangan salah keringat itu menantang
Bila nanti cewek datang
Bukan lancang pasti terangsang

Dunia sempit dengan laju ini
Sisi lain dunia sang bidadari menanti
Cantik pasti sexy nanti dulu
Sebuah status yang menampang
Itulah yang terpenting
Tak mau indah bagai gunung krakatau
Kalau sudah pecah lubang kawah
Masa depan jadi susah
Milik siapa jatuhnya buah
Malas sudah bertanya-tanya

Tapi kini biar kini
Jalan di depan biar dinikmati
Sang bidadari adalah milik diri
Sang brondong kualitas tinggi
Benar sang bijak waktu tak tahan lagi
Mana tahan bila ia tak digubris lagi
Nilai kebebasan dirasa tinggi
Tambah mateng buah menjadi
Perbandingan waktu mah masalah nanti
Berpeluk sudah mereka di atas tenaga kuda
Dengan suara lantang
Menantang gelap malam bintang
Melaju pada suatu kemenangan
Sungguh anak muda zaman sekarang
Mana tahu apa yang ada di layar belakang
Biarlah yang penting senang

Persahabatanku Penuh Dosa

20.01.00 Edit This 0 Comments »
Kawan lama bercanda tawa
Terbahak terlihat gila
Bau alkohol menyelimuti udara
Tapi lawannya tak pula berat menerima
Ia sudah lama bersama
Terbagi rata bagi semua
Lima puluh dua untuk bertiga
Seratus empat untuk berlima
Begitu seterusnya
Namun kawanku tak mau
Semua hanya untuknya
Kini hanya ada lima puluh tiga
Ia dan mereka yang terkemas bersama
Mempercayakan nasib dari buatan manusia
Kawanku telah tersadar lama
Namun mereka itu candu
Kurang satu gemuruh membatu
Kini mereka hanya berbicara
Dengan berbagai hilang rasa
Dengan setumpuk temannya
Lima puluh dua yang telah setia
Dengan bertumpuk kalah
Ia berlumur darah
Kawannya hanya diam membisu
Sedang kawanku telah berlalu
Ke tempat itu
Dimana maaf selalu dinanti
Dimana lelah selalu dinanti
Dimana sesal selalu datang silih berganti
Tapi persahabatan itu tak berlalu
Berjuta turun berganti
Kawan lama ku telah pergi
Kawan baru ku datang kembali
Berbuat dosa bersamaku
Meski aku tak mau
Apa daya ku?
Hanya setumpuk kartu
Tugasku tuk diam membisu
Selama kawan-kawanku
Berbagi dengan ku
Bertumpuk dosa dari jalannya waktu

Bagimu Aku Lidah Tak Berludah

20.01.00 Edit This 0 Comments »
ku jamah tabir yang tersirat di ubun, terpecah hening berkarat biru..
kurobek sisa kisah yg berlalu, terbesit hati saat teriris..
kutanya api yg membara, terpaksakan naluri meramah hati..
kugenggam angin yang mendesir, kupatahkan semua tentangmu..
kutemui akhirnya kisah ini ..
” ketika aku bagimu, ketika aku untukmu.. bagai lidah tak berludah bersua lemah semu merindu..
memang sejenak menyentuh kalbu, sedetik bertapak pilu, rayu membelenggu tetap saja remukan dada..
bahkan ketika lelap berkerumun datang lalu pergi biarkan saja sepi tetap abadi..
hanya sadari mata berkaca, tidak perduli pun aku sanggup.. hanya menunggu kau sakiti ternyata arang tak lagi hitam..
sampai tiba kabut hinggap meresap tubuh, layu pilu karena tak tau aku yang selalu seperti bagimu, dan cerita ini tetap seperti itu.. ”
lama waktu.. mencari hati yg terbagi, terhempaskan deru ombak membelai belahan jiwa, yg telah lama hilang..

Rindumu Sesaat

20.00.00 Edit This 0 Comments »
Kebisuan ini menjadi naif seraya pasrah seperti alang..
kurasakan bidadari hati yang kelabu, menahan lirih seribu rindu..
jantung memang berdebar cepat, membuatku tak terkendali.. suara itu menusuk tepat di sanubari, terus berirama tiada henti..
ah, tapi aku tersadar ini hanya seperti bunga, bunga yang terlupa..
siapa yang tau? ini hanya dusta belaka, hanya aku terlalu meminta,.
so, bidadari hatiku yang kelabu terbanglah dengan sayapmu yang terbakar, kulepas harapku, kubuang jauh untuk melupakanmu..
aku tau, rindumu untukku hanya sesaat..

oh yes, i’m atheist, by the way

20.00.00 Edit This 0 Comments »
sebentar lagi ramadhan, dan aku membenciMu.
call me stupid.
call me lost.
jika dunia ini adalah sebuah permainan yang Engkau ciptakan
dengan manusia sebagai para pemainnya
lalu mengapa aku merasa dipermainkan?
Engkau ciptakan sebuah pertunjukan drama manusia bagi kesendirianMu yang membosankan. agar lebih mengasyikkan untuk Engkau tonton, Engkau beri padaku pilihan-pilihan sulit serba dilematis berikut konsekuensi dan pengorbanan yang tidak pernah adil kurasakan.
lalu Engkau melihatku jungkir-balik, jatuh-bangun, terhempas dan terbentur dan tersungkur.
apa yang Engkau rasakan ketika melihatku kesakitan?
apakah Engkau tertawa saat melihat si bodoh ini kebingungan?
apakah Engkau tegang ketika aku mati-matian berjuang?
apa pendapatmu ketika aku merendahkan diriku dengan menjilat pantat orang?
sudahkah Engkau menangis melihatku? tertawa? marah? benci?
apakah Engkau sudah terhibur oleh sandiwara ciptaanMu? puas?
cause I’m not. cause I feel used. aku merasa dipermainkan.
mengapa Engkau duduk dan menonton?
Engkau hanya menonton, tapi tidak berani untuk menjalaninya.
mengapa tidak Engkau saja yang jadi manusia?
tidak, Engkau terlalu penakut untuk jadi manusia.
Engkau ciptakan aku untuk membuktikan bahwa Engkau Maha Pencipta.
Bahwa manusia adalah makhluk ciptaanMu yang paling sempurna.
demi kepengtinganMu itu kah aku Engkau ciptakan?
bagaimana dengan aku? keinginanku?
Engkau egois.
jika Engkau bisa berbuat apa saja, mengapa Engkau tidak bisa membuat ciptaanMu ini bahagia? jika benar Engkau mencintai ciptaanMu, mengapa Engkau buat aku menderita? itukah ungkapan cinta, jika yang bisa Engkau lakukan hanyalah menyiksa? sedang Engkau bisa berbuat apa saja. sedang Engkau bisa berbuat apa saja. sedang Engkau bisa berbuat apa saja.
buktikan bahwa Engkau mencintaiku
karena aku tidak pernah minta untuk diciptakan
karena aku tidak pernah minta untuk dilahirkan
justru Engkau lah yang memaksaku untuk lahir
segala perasaan bersumber dari penderitaan dan Engkau sendiri tidak pernah menderita. Engkau telah mempunyai semuanya sejak Engkau ada. Engkau hanyalah anak kecil yang manja, dengan merengek ‘kun fayakun’, maka semua keinginanMu dengan gampang terpenuhi. tapi pada akhirnya, memiliki segalanya justru membuatMu merasa hampa. memang pada akhirnya, memiliki segalanya justru membuatMu merasa hampa.
Engkau tidak bisa merasa betapa bahagianya seorang ibu mendengar anaknya bicara ‘mama’ untuk pertama kalinya. Engkau tidak bisa merasakan betapa besar perjuangan seorang suami untuk menghidupi keluarganya. Engkau tidak bisa merasakan betapa sakitnya seorang pemuda yang ditolak cintanya oleh gadis pujaannya. Engkau tidak bisa merasakan apa yang dibenak seorang ibu yang harus mencuri susu untuk bayinya dan mencuri baju untuk anaknya. Engkau tidak bisa merasakan seperti apa rasanya dicium wanita untuk pertama kalinya. Apakah Engkau bisa merasakan rasa kehilangan seorang anak manusia yang ditinggal mati sahabatnya?
sebelum Engkau ciptakan manusia, Engkau tidak bisa merasakan itu semua.
secuilpun.
ya, Engkau ciptakan manusia karena Engkau tidak bisa merasakan apapun. Karena Engkau bisa berbuat apa saja, Engkau ciptakan manusia untuk mengajariMu apa itu rasa sakit, kebahagiaan, penderitaan, sekaligus kesedihan. mengajariMu tentang perasaan. Engkau tidak ingin manusia merasa kosong seperti diriMu. justru itulah yang membuatMu tidak memberi manusia semua yang mereka inginkan. agar mereka menderita sehingga mereka mempunyai perasaan. karena perasaanlah yang membuat manusia menjadi sempurna. aku menderita maka aku selamat. aku menderita maka aku sempurna. dan dalam penderitaanku, aku mau tidak mau harus terus berjuang. berjuang untuk tetap hidup, meski hidupku pun akan tetap menderita. itukah aturan main yang Engkau buat untukku yang mau tidak mau harus kujalani? cukup adilkah itu bagiMu? mengapa tidak Engkau saja yang menjalaninya? Engkau pengecut.
lalu di akherat, apakah Engkau akan mengiming-imingiku dengan surgaMu?
sebagai sogokan agar aku tidak protes karena telah Engkau jebloskan aku ke dunia dengan semena-mena? atau sebagai upah karena telah memberiMu sebuah tontonan yang menarik dan membuatMu puas? atau apakah Engkau akan menghukumku dengan siksaan nerakaMu karena aku telah bermain buruk dalam sandiwara ciptaanMu? FUCK YOU!
dan selama Engkau masih ada, manusia tidak pernah salah.
Engkau lah yang salah karena menciptakan Soeharto, Pol Pot, Hitler, Firaun, dan semua penjahat-penjahat itu. bagaimana pula Engkau akan menyalahkan mereka sedang Engkaulah yang menciptakannya, sedang mereka sendiripun tidak pernah minta untuk dilahirkan.
manusia baru bisa disalahkan ketika Engkau tidak ada.
mungkin aku harus belajar untuk memaafkanMu. meski itu berat. sangat berat.

Suatu Senja Milik Sang Kelabu

19.59.00 Edit This 0 Comments »
Awal….
Berkhayal sebuah keindahan
Langkah menyusuri arung waktu
Bersahut dengan debur ombak
Tenang dalam hidup
Tak tergoyahkan si kelabu

Bertemu….
Sosok sendu senja sore
Ketika surya hendak membunuh hari
Terbias cahaya
Mengaliri air mata
Tak bersalah jatuh
Tak melawan sang bumi

Berakhir….
Keindahan sesaat sungguh
Hanya asa terputus
Keberadaan diri sang saksi
Mengawasi berakhirnya takdir
Membisu ketika menderu sang ombak
Menelan bulat hati yang gundah
Hilang sempat sang waktu tua
Untuk indah esok dan lusa

Sampai jumpa nona
Sang kelabu kan menemani
Mungkin esok entah lusa
Kini debur ombak berlanjut
Tak pernah asa terputus
Tak tergoyahkan sang kelabu
Hingga waktu tak menyangga lagi

Hitamku

19.58.00 Edit This 0 Comments »
Hujan hitam hanya untukku
Deras dan mengikis seluruh pigmen kulitku
Tiada sakit menusuk nadiku
Hanya hampa mata ini menatap langit

Berjatuhan segala ungkap rasa
Hujan hitam menembus sayap-sayap kertas
Menghapus memori menghilangkan duka
Segala bukti adanya cinta
Berlalu dalam genangan-genangan hitam kelam

Tiada kini yang tersisa
Hanya kata sebatas kata
Tiada terjalin kata-kata
Sebaris kata yang tak bermakna
Kupastikan semua tiada lagi di udara
Menatap sisa-sisa puing rasa

Lalu kini berlalu
Tiada lagi mengarang hitam
Bermaksud mengubar rasa dalam hitam
Tiada lagi…..
Hanya hitamku takkan pergi
Tak mengapa tiada yang mengerti
Hitam ini tak nampak pasti
Hanya sebuah perubahan daki
Dan mereka hanya menganggapku hitam
Sedari dulu hingga kini>>>bay romybastos

Bahagia Pada Akhir Cerita

19.57.00 Edit This 0 Comments »
Semua berawal dari sebuah frasa
Ketika sebuah canda mengukir senyum
Frasa itu datang menulis sebuah cerita
Yang mengalir dalam sungai kehidupan
Tak banyak berjudul namun entah bermakna
Frasa itu datang dari beda
Bila aku pria maka dia wanita
Sungguh pertama takutku menyakiti
Seakan langkahku menghantui
Dirinya yang selalu saja ada
Senyumnya yang selalu mempesona
Frasa itu mulai membebani
Ketika hidup ini tak berhenti mengalir
Permasalahan lain mulai saling berganti
Sementara frasa ini mulai memenuhi
Hingga pada akhir sadar kejamku
Sang pengecut mulai berlari darimu
Itulah aku dengan segala rendahku
Kuharap dia yang baru
Yang selalu mengharapkanmu
Meski aku lebih dulu
Namun dia selalu menatapmu
Tak seperti aku yang menciut selalu
Dia sahabatku mungkin yang terbaik untukmu
Meski frasa ini tetap ada padaku
Kuharap ceritamu berakhir bahagia dengannya
Wahai sahabatku kukorbankan frasa ini untukmu
Bahagialah pada akhir ceritaku yang sendu

Terimakasih

19.57.00 Edit This 0 Comments »
Ku lihat wajahmu
Ada tangisan di mata itu
Layaknya pagi pertama di musim semi
Begitu cantik begitu pucat

Isakan tangismu bisa kudengar
Getaran ketakutanmu mampu ku rasakan
Walaupun kau berkata semua akan baik-baik saja, aku tahu
Ini begitu berat bagimu

Apakah kau mendengarkan kata-kataku
Bisakah kau merasakan perasaanku
Ketika jarak yang memisahkan kita adalah nol
Ku ingin kau tahu
Aku bahagia kau membawaku ke dalam hidupmu

Makhluk seperti diriku ini
Terimakasih banyak telah mencintaiku
Walau takdir pertemuan kita begitu singkat
Aku tidak pernah menyesalinya

Aku mencintaimu, aku akan mencintaimu selamanya
Aku akan mengingatmu selamanya
Sampai kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya
Aku tidak akan pernah melupakanmu

Bantu Aku Menulis Kata Cinta

19.56.00 Edit This 0 Comments »
Bantu aku menulis kata cinta, sunyiku pada pena.
Sebingkai meja berwarna coklat kelu dan berdebu
seakan lautan kata yang beku dalam dingin suhu.
Sepucuk kertas membentuk perahu, di layarnya teruntuk namamu.
Pena itu kembali menggigil, menggoreskan kegelisahan:
Aku cinta padamu. Hanya genangan tinta terbentuk
seperti teluk
melayarkan katakataku
ke samudera peluk.
Bantu aku menulis kata cinta dengan sinar matamu
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan di rantingranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samarsamar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembarlembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu.
Zayyine, kukenali tulisan di matamu yang teduh
dan gemuruh.

Huruf Cinta di Cakrawala

19.54.00 Edit This 0 Comments »
Seandainya matahari kauberitahu indahnya malam, apakah ia akan datang kemari? Melihat bintangbintang sambil berbaring di atas jambangan lapang bunga rumputan. Tetapi engkau hadir di sisiku dengan bara melampaui hangatnya matahari. Embun yang turun pun menjelma api, membakar langut yang hanyut di sudut mataku.
Tak ada puisi di mambang senja itu jika kau tak membisikkannya untukku, membangunkanku dari tumpukan kertas mimpi. Engkau menggelitik ujung penaku menggoda setiap kata untuk menari bersamamu, mengelilingi api unggun terbakar dan berterbangan menjelma bintangbintang. Lihatlah hurufhuruf cinta itu menyusun dongeng di cakrawala –

Algoritma Laut dan Hujan

19.54.00 Edit This 0 Comments »
Bila kau seumpama laut dan hujan, algoritma ini merelasikan ombak dan hujan: Ombak itu pelukan, hujan itu deras bisikan, dan gemuruh adalah dentum cinta yang tak henti menghantam dada, menghujamkan airmata ke penjuru semesta, menjelma kepakkepak camar yang menjaga samudera. Perahu itu aku.
Di ujung tanjung, debar jantungmu melantunkan ombak. Jemarimu menggulung rindu. Di ujung kelambu kalbu, bermanja menghelai lembar demi lembar rambutmu seakan menyisir pantai. Pasir adalah kanvas perjalananku, tempat setiap jejak kucetak dengan sajak, jejak yang kauhimpun di lengan ombak: memelukku. Pantai itu aku, selalu rapat di sisimu.
Hujan. Di sudut buku katakata berdesakan memasuki guguran hujan. Langit seakan berkilatan menggoreskan tanda seru. Cahaya menjelma gemuruh. Hujan membasuh unggun sajakku, mengeramas setiap aksara, menggenangi ruh huruf dengan bening airmata. Lalu tersisa sebagai butiran yang menetes di akhir paragraf. Dan di halaman berikutnya itu aku.
Aku, yang selalu hanyut bersamamu.

Kutemukan Puisi dalam Sebait Cinta

19.52.00 Edit This 0 Comments »
Tetes hujan yang melambai di kaca jendela ia mencari alamat sungai. Aku mencari alamat hatimu. Kutemukan telaga: sebuah genangan sunyi, tanpa ombak tanpa nyanyi, lalu kutenggelam dalam bening puisi. Itulah yang istimewa tentang dirimu, ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu, aku terhanyut di situ, lautan teduh dekapanmu. Maka aku menyamar hujan, memelukmu deras, mencium parasmu dengan kecup rintik yang tak pernah tuntas.
Di telapak tanganmu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garisgaris sungai keberuntunganku. Setiap garis adalah makna. Membawaku pada muara bernama cinta. Aku di situ melukis sawahsawah yang menguning dengan jejak hidupku. Rerumputan, ilalang, kenangan, dan bunga-bunga rindu. Airmata dan semesta. Hujan dan doa. Membentangkan tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. Setiap bintang adalah karunia. Setiap titik waktu yang aku petik untukmu.
Aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum di bibirmu. Cukup manis walau hanya sebait senyum. Kutahu, puisi tak selalu tercipta dari kata. Tetapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.

Uluwatu

19.51.00 Edit This 0 Comments »
Memasuki gapura samudera terbuka
di rambutmu bunga kamboja
menjelma cendera nirwana.
Gemuruh laut bertaburan bak penari
genggamanmu kutelusuri
melingkarkan cinta di jari manismu.
Ombak menghantam dinding batu, Uluwatu
kupahat namamu sepanjang waktu
dengan palu rindu.
Seribu undakan mengantar kita ke altar cahaya
duduk khusyuk, dupa mewangi angkasa
doa memanjat bianglala. Sang hyang widhi wisesa.
… moksha utuh, cinta tak butuh pengorbanan
bersetubuh berseruh penuh
seluruh.

Bulan Tenggelam di Pelabuhan Jayapura

19.51.00 Edit This 0 Comments »
Kau tenggelamkan rembulan
di teluk matamu
dan malam seperti rindu
tanpa surut dan selimut.
Di pelabuhan Jayapura
malam taburkan cahaya
ombak seakan gantungan-gantungan lampu
berayun-ayun dimainkan bayu.
Perahu-perahu merapat
di dermaga. Seperti katakata gegap di dada
Di atas pantai kubangun rumah dan ranjang
bergoyang dalam gelombang pasang
dengan tonggak-tonggak swane
seperti cinta kutegakkan di kedalaman samudera
menumbuhkan butir-butir mutiara.
Setiap lautan adalah pertemuan.

Di Indah Matamu Aku Menangis

19.50.00 Edit This 0 Comments »
Tenggelam di indah matamu. Aku menangis
seperti tak percaya pada gerimis yang kaugenggam di tanganmu
yang kauusapkan di wajahku.
Tatap mataku terbunuh. Kelopakkelopak seroja yang luruh
merias genangan telaga dengan kerling airmata.
Memandang senyummu yang ikhlas. Aku menangis
seribu merpati kepakkan kedamaian di bibirmu
yang kaukecupkan di dadaku.
Magma jantungku gemuruh. Lava meleleh jatuh
menggoreskan nyala di lengang mataku.

Lembaran Daun Bertanda Embun

19.50.00 Edit This 0 Comments »
Katakan saja, pagi ini tak ada matahari menyapa dengan hangat pelukan, tak ada berkas sinar menggores dinding kamar. Dan kaca jendela, hanya bingkai kosong tanpa setangkai mawar.
Kuharap angin menari di selasar rumah. Menghibur rambutmu dengan hembus sejuk gunung. Menghapus mimpi buruk yang mungkin menggantung di bulumata. Angin, sampaikan salamku, rindu menggunung sampai puncaknya.
Barangkali di celah pintu ada derit tersisa. Kalimat yang tak dapat kucegah ketika kaubiarkan langkah melengang dalam kembara. Luas padang, merentas ilalang, menggagas setiap fatamorgana sebagai rangkaian doa. Pepohonan meranggas sebab daundaunnya kukirimkan padamu.
Puisi ini untukmu, Adinda. Kalimat pengganti tiap jeda percakapan. Lembaran daun bertanda embun, kecup yang kutitipkan. Ketika mulut tak mampu menerjemahkan dada, pada dekap tiada.

Seikat Pelangi Selembut Bulumatamu

19.49.00 Edit This 0 Comments »
Genggam jemariku
seikat pelangi ini untukmu
baru kupotong dari langit rumput kelabu
dengan sisa hujan
masih
menitik ke dalam kalbu.
Kenangan-kenangan kurangkum
dalam tiap helainya
kututup ujung baitnya dengan kuntum ungu.
Berikutnya, kau pun tahu
ku kagumi mentari
yang bergelayut manja
di lembut bulu matamu.

Bulumatamu Sebaris Ilalang yang Terbakar

19.49.00 Edit This 0 Comments »
Padang lapang untuk gembalakan jejakjejak jiwaku itu adalah hidupmu. Serumpun embun, ilalang ranum, bungabunga perdu, kemerisik sepi, percik api dan setumpuk album kenangan bersampulkan rindu.
Rayakan cinta menyemai gairahnya. Wajahmu menyemburkan cahaya. Bulan di atas savana. Aku menjelma rusa, dengan tanduk bercabang doadoa kupanjatkan. Senyummu melambung di angkasa.
Rangkum sejuta makna ke dalam satu tanda. Tatapan kita puisi tanpa jeda. Tatap penuh kenang dan perlambang. Bertumbuh pokokpokok akasia yang daundaunnya menyimpan angin dan hujan, tempat berselindung gemuruh dan kicau burungburung.
Kecemasan luruh dalam hembusan debu yang meniada. Kita pun menjerit tawa, senyap hanyalah tanda koma saat matahari pamit dari cakrawala. Ketika ia persembahkan malam untuk kita berdua saja. Dengarlah applause serangga senja, panggung temaram menyala keemasan. Sebuah pekik kagum, seperti selalu bisikbisikku pada anggunmu.
Bulumatamu sebaris ilalang yang terbakar. Mengurungku dalam pijar, melalap seluruh tatapan, pikiran dan imajinasiku. Tinggal abu yang disebut puisi.
Gemuruh angin di celah tenda seperti serangkaian ketukan lembut jantungmu menembus dada. Kupeluk kamu sayang, kau mengunciku dengan himpitan rindu tanpa tara. Rerumputan mengaduh lembut di bawah keringat baramu. Venus dan yupiter memancar riang di kedua matamu. Senyum menggantung indah tepat di atas dagumu.
Duh, puisi ini kusambung saja di lain waktu.

Pohon pohon membisu

19.48.00 Edit This 0 Comments »
Pohon pohon membisu
Pena kertas pun membisu
Kasih, ku selalu merindumu
rasa kesepian samar membayang seribu
Deru angin semakin
Laraku bak gerimis itu
membasahi memenuhi tiap dahan dan daun daun

Pengertian Sebatas Debu

19.46.00 Edit This 0 Comments »
Berapa kali air mata ini mengukir
Sebuah arti kata cinta
Yang selalu terwakili kata frasa
Dari kisah debu lama
Seharusnya tak berarti….berakhir
Begitu saja….begitu saja…..
Percuma bertanya….bila tak ada jawab
Malam purnama saat tiada
Mata ini terus mengutuk
Air mata saat kilau itu tiada
Bentang ribu getar suara
Saat lembut itu hilang….
Lupa…lupa….
Hanya itu sebuah harap…
Hingga berbalut dalam dosa
Dengan begitu banyak luka
Hingga semua tak mengerti
Semua terbalut dalam teka-teki
Rasa ketakutan yang tak berarti
Pertahanan terakhir tanpanya
Kini seakan terhenti
Hujan itu untuk mereka
Biar panasnya dunia meraja
Ketika aku mengutuk mereka
Yang berasa akan sebuah frasa
Dan debu itu bersamaku
Menanti terlihat dalam purnama
Hanya aku hanya dia
Bukan mereka….
Hanya aku luka…duka….
Dan tangis air mata…
Hanya aku….tanpanya…

bahagiaku di ujung tanduk

19.26.00 Edit This 0 Comments »
saat bahagia bersamamu
kian meluap merekah mekar mewangi
mengisi relung hatiku
di sepanjang waktu ku selalu bahagia
entah kapan
bahagiaku di ujung tanduk
tangis ku rasa tiap saat
resah dan gelisah mewarnai hariku
kini ku hidup dengan sisa -sisa kenangan
bahagiaku di ujung tanduk
merobek semua memori yang kusimpan
kankah bahagiaku kembali bersua
walau bahagiaku diujung tanduk
ku kan selalu mengenangmu

Disini ( Kota Tua )

19.25.00 Edit This 0 Comments »
Andai waktu mampu ku putar,,
ku ingin menyingkap dimana rasa salahku yang ku buat??
tiada kata yang mampu ku sampaikan,
terlalu indah kurasa,
terlalu sulit ku lupa..
Maaf atas kekurangan yang ku punya,
Terima kasih yaach..
pernah menguatkan,
menyejukkan,
membuatku berarti..
seperti bidadari…
Namun kini bidadari hanya segelincir debu
tak berarti
hanya mampu menjadi benalu…
Trima kasih yaach.
pernah memilih aku tuk temanimu,
meski tak sesempurna yang kau mau,
tak seindah yang semestinya..
Namun sulit ku berdusta
bahwa aku menyayangimu
sepenuhnya..
meski tidak bagimu..
Dan kini..
Sedang ku nikmati setiap detik tanpamu,
setiap detik saat ku bersamamu..
Disini..
ku sendiri,
yang dulu kita pernah berdua
ungkap asa dan cinta
pada bintang yang bertaburan,
lukisan alam yang semakin mengindahkan
Disini
ku telusuri..
sepanjang jalan saat kita bersama
dalam hening malam
disini
tempat kita berpisah..
terakhir kali ku menggenggam tangan,
menangis lirih..
Dan Disini..
Aku menunggumu..
mungkinkah kan kunikmati lagi???
dalam sudut kota tua..
ada cerita aku kamu dan cinta….

mengapa?

19.18.00 Edit This 0 Comments »
mengapa ku harus memilihmu yang tak pernah memandangku?
mengapa ku harus memujamu saat kau tak pernah pedulikanku?
mengapa?
racun apa yang kau tanamkan padaku?
hinggaku harus selalu mendekatimu
mengapa harus selalu mengapa bersamamu
mengapa akhirnya begini?
andaiku dapat mengulang waktu
ku ingin bukan mengapa yang hadir>>by romybastos@yahoo.com

Ujung Tiang Mimpiku

19.16.00 Edit This 0 Comments »
Sepi kurasa melebur hati
Rindu kurasa membalut imaji
Tertawa melihatku sendiri
Keheningan iringi langkah diri
Ku menangis dalam tawaku
Ku tertawa dalam tangisku
Terisak-isak mencari hatimu
Terbahak-bahak temukan kasihmu
Kerinduan yang tak pernah berujung
Membimbingku ke ujung tiang mimpiku
Menghujamku dan tinggalkan luka pilu
Dengan parangnya penggal bahagiaku
Luka hati yang tak terobati
Terasa perih dan mengoyak diri
Jerit hati bak lautan tangis
Mengejekku dengan pandangan miris
Ku bermimpi dalam sadarku
Ku tersadar dalam mimpiku
Dalam mimpi ku mengejar kasihmu
Ketika kusadar dapatkan bencimu
Kerinduan yang tak pernah berujung
Menyeretku ke ujung tiang mimpiku
Membelenggu dan tinggalkan luka baru
Dengan parangnya renggut harapanku                                           by: romybastos@yahoo.com

Jiwa Yang Rentan

19.15.00 Edit This 0 Comments »
Luka hati belum tertutupi
Tangis diri menipu mimpi
Rasakan dan coba tuk resapi
Cinta dalam belenggu sepi
Soneta di dalam hati
Menjerat tangis lirih
Dalam lantunan memekik iri
Membara cinta dalam fantasi
Kucumbu si cantik ilusi
Membakar jiwa dalam imaji
Kukubur dibalik jeruji
Bias cinta menembus jiwa
Warnai jiwa yang kian riskan
Senja melayang diatas awan
Mencari cinta tuk menghamba
Galau hati belum terobati
Sirna asa bagaikan mati
Meracuni jiwa tanpa henti
Perih rasa mencengkram hati
Soneta di malam hari
Terjerat desir mimpi
Dalam lamunan mencekik diri
Biar cinta merenggut jiwa
Nodai jiwa yang kian rentan
Senja menghilang ditelan malam
Mencuri cinta dan menghilang
By: Maggothz MoronChay

Batas Angan

19.14.00 Edit This 0 Comments »
Kau mentari pagi
Memberi harap dan kasih
Kasih ini murni
Bersemi indah di hati
Sadarkah dirimu
Kasih ini untukmu
Walau ku tak milikimu
Walau rasa tak terbalas
Namun kasih tak memilih
Aku adalah kekasihmu
Dalam khayalan indahku
Aku adalah pangeranmu
Dalam istana anganku
Ku inginkanmu
Ku cintaimu
Melebihi batas anganku
Belai embun pagi
Beriku dingin dan sepi
Bagai hati ini
Membeku di dalam sunyi
Sadarkah dirimu
Sakit ini darimu
Karena dia telah milikimu
Walau perih tak terperi
Namun cinta tak mendendam
Aku adalah nahkodamu
Dalam samudera mimpiku
Aku adalah mentarimu
Dalam dunia fantasiku
Ku mendambamu
Ku memujamu
Melampaui batas anganku
Cinta berakarkan hati
Menjalar tiada henti
Hingga temukan cinta sejati
Berbunga hingga akhirnya mati
By: Maggothz MoronChay

Yang Berkuasa

19.13.00 Edit This 0 Comments »
Berjalan ku tak tentu arah
Di hatiku berkemelut resah
Kulihat bunga mawar terindah
Yang tumbuh dari genangan darah
Darah dari mimpi-mimpi
Darah dari isak tangis
Para pejuang revolusi
Para pemuda negeri ini
Yang berkuasa hanya melihat
Yang berkuasa hanya terbata
Yang berkuasa hanya terdiam
Yang berkuasa ternyata hanya tertawa
Tertegun hatiku tersentak
Amarah menyala serentak
Melihat tubuh tergeletak
Diam dingin tak berdetak
Kecewa merayap di dada
Mengutuk ku pada mereka
Yang duduk terdiam disana
Menganggap dirinya Tuhan
Yang berkuasa tidak mendengar
Yang berkuasa tidak berkata
Yang berkuasa tidak bertindak
Yang berkuasa ternyata tak berkuasa
Perjuangan kami dari hati
Kami berjuang sampai nanti
Perjuangan kami tiada henti
Kami berjuang sampai akhir
Perjuangan kami kan abadi
Kami berjuang sampai mati
Yang berkuasa hanya mengelak
Yang berkuasa hanya membantah
Yang berkuasa hanya berdusta
Yang berkuasa ternyata harta semata
By: Maggothz MoronChay

Kobar Bunga Dalam Senja

19.13.00 Edit This 0 Comments »
Pernahkah mencinta api?
Yang kobarnya memerahkan senja
Perciknya menggubah hangat
Namun tiada pernah bertuan
Bebas sebelum redup
Cahayanya memencar keindahan
Dalam kengerian ia berkobar
Ingatkah indah bunga?
Yang warnanya tentramkan mata
Harumnya tebarkan pesona
Hingga khayal tidak henti
Sebuah perbandingan keindahan
Pada semua makhluk ciptaan Tuhan
Dalam paradigma ia dibandingkan
Maka saat sabit bulan datang
Sinarnya pantulkan keindahan
Dari bunga dan api
Kobaran indah….
Dari harumnya kehilangan
Ketika bunga mencinta sang api
Dan mereka buta kan rasa
Keindahan itu menghilang
Dalam sebuah hasrat yang tertinggalkan
Sebuah kenang akan percampuran
Keindahan yang mengerikan